ALLAH BEROTORITAS MENENTUKAN KEHIDUPAN MANUSIA

KELUARAN 12:29-36

ALLAH BEROTORITAS MENENTUKAN KEHIDUPAN MANUSIA

(Tirai Niscaya Harefa)

 Allah berotoritas

            Sebagai orang Kristen, kita pernah mendengar 10 tulah yang diberikan Tuhan kepada orang Mesir, ketika Tuhan membawa orang Israel keluar dari tanah Mesir. Istilah sepuluh tulah tersebut ditujukkan terhadap suatu peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Tuhan mendatangkan tulah kepada orang-orang Mesir yang berarti medatangkan penyakit bagi bangsa Mesir. Efeknya mengakibat kematian, kesengsaraan dan penderitaan yang sangat mengerikan bagi bangsa Mesir. Bagi bangsa Mesir ini adalah suatu tulah yang datang kepada mereka yang mengakibatkan penderitaan dalam hidup mereka. Sementara itu bagi bangsa Israel ini adalah sebuah tanda-tanda mujizat dari Allah. Tanda-tanda mujizat tersebut menunjukkan suatu otritas Allah atas setiap makhluknya.

Orang Mesir termasuk orang-orang yang tidak mempercayai akan keberadaan Allah. Oleh karena ketidakpercayaan mereka kepada Allah, maka mereka menyangkal segala apa yang terjadi merupakan tidak ada hubungannya dengan Allah. Dari tulah pertama hingga tulah kesepuluh mereka menyangkal akan keberadaan Allah. Bapak-bapak gereja sering menyebut mereka sebagai Ateis. Kita melihat bahwa pemahaman ateis ini terbagi menjadi 2 yaitu:

1.    Ateis praktis adalah orang-orang yang tidak bertuhan, yang dalam hidup sehari- harinya tidak mengindahkan Tuhan, namun  hidup seolah-olah Tuhan tidak ada Tuhan (bnd. Mzm 10:4b; 14:1; Ef. 2:12) Mengenal Tuhan secara teori tetapi dalam praktek kehidupannya tidak mengindahkan Tuhan sama sekali.

2.    Ateis teoritis adalah penyangkalan bersifat  intelektual atau menolak atas suatu proses pemikiran. Berakar dari teori ilmiah atau Filsafat.

 

Kita dapat mengatakan bahwa orang Mesir termasuk orang yang tergolong di dalam Ateis teoritis dan Praktis. Yaitu mereka tidak tidak percaya akan keberadaan Allah secara intelektul dan juga tidak mengindahkan Tuhan dalam praktek kehidupan mereka. Namun, kehidupan kekristenan kita pun bisa saja mendekati kepada sikap ateis Praktis. Artinya dalam kehidupan kekristenan, kita mengerti banget teori mengenai Allah, kita memahami apa yang pernah Tuhan katakan melalui Firman-Nya, namun dalam kehidupan sehari-hari, tidak mengindahkan Tuhan.

Contoh dekatnya adalah: orang-orang farisi dan juga bisa saja termasuk mahasiswa teologi dan orang-orang Kristen yang tahu menahu tentang Tuhan tetapi tidak pernah mengindahkannya.

Oleh karena itu kita melihat sikap orang Mesir yang tidak mengindahkan Tuhan, maka yang terjadi adalah selalu melakukan penolakan terhadap semua yang Tuhan kakatan. Dari tulah pertama sampai ke sepuluh, mereka tidak memahami akan kuasa Allah, sehingga pada tulah kesepuluh mereka mulai takut karena kehilangan anak-anak sulung mereka.

Kematian anak sulung ini begitu mencekam sampai-sampai Firaun harus memanggil Musa dan Harun pada malam hari (ayat 31). Kehancuran begitu mengerikan sehingga orang-orang Mesir mendesak orang Israel untuk memajukan rencana keberangkatannya. Oleh karena orang Israel berangkat dengan tergesa-gesa juga mereka mengambil roti yang belum sempat diragi. Orang Israel pun membawa barang-barang perak dan emas, artinya orang Israel mendapat apa saja yang mereka inginkan. Di ayat 36 “Tuhan membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan orang Israel.”

10 tulah di Mesir termasuk Kematian anak sulung ini mengingatkan kita kembali bahwa:

1.    Allah bertindak di dalam segala apa yang terjadi di dalam hidup manusia.

2.    Allah menunjukkan otoritas Allah atas segala makhluknya.

3.    Allah menunjukkan sebuah kebaikan bagi makhluknya (Israel berada di Mesir 430 tahun)

4.    Allah pun mengendalikan segala sesuatunya.

5.    Allah pun menunjukkan bahwa manusia itu lemah.

 

Orang yang mengerti akan semua ini adalah orang-orang yang sudah di selamatkan, namun orang yang tidak mengerti akan semuanya ini pemberitaan tentang kebenaran adalah sebuah kebodohan, namun atas kebodohan mereka tersebut mereka binasa (1 Kor. 1:18). 

Di tengah tengah kehidupan manusia saat ini dengan menyebarnya covid 19 ini, berbagai penyakit muncul dalam hidup manusia, kesedihan, ketakukan dan juga kematian. Maka kita melihat kembali kepada Allah, bahwa Allah berotoritas dalam segala sesuatunya. Sebagai umat Allah, kita tidak perlu takut, kita tidak perlu kuatir, karena Allah kita adalah Allah sang pemilik kehidupan kita. Artinya jikalau kita sudah di dalam Tuhan, baik hidup dan kematian adalah kita tetap dalam miliknya Tuhan. (Dalam hal ini pun saya berani mengatakan bahwa saya berani hidup karena Allah, dan saya pun berani untuk mati karena Allah).

Namun, apa yang harus kita lakukan selagi kita hidup? Lakukan lah apa yang Tuhan kehendaki, nyatakan kebenarannya melalui sikap kita setiap hari, berharap selalu kepada Tuhan, lakukanlah tugasmu dan Tuhan pun melakukan bagian-Nya. Israel sudah melakukan bagiannya untuk berangkat dari tanah Mesir, dan Tuhan pun telah menunjukkan bagian-Nya. Sekarang, Bagianmu telah Tuhan berikan kepada kamu sekalian, dan lakukanlah itu. Jikalau bagianmu saat ini, belajar dengan baik, belajarlah dengan baik, jikalau bagianmu saat ini menyampaikan Firman-Nya, sampaikanlah Firman-Nya, jikalau bagianmu saat ini mengajar, lakukanlah bagianmu untuk mengajar, jikalau bagianmu saat ini melayani di gereja, melayanilah digereja, jikalau bagianmu saat ini melayani di sekolah, melayanilah di sekolah, jikalau bagianmu saat ini memberi, lakukanlah bagianmu untuk memberi. Apa pun semua hal  yang dilakukan, dilakukan semua untuk kemuliaan Tuhan. Jangan takut, jangan kuatir, Allah berotoritas atas seluruh kehidupan manusia. Tuhan memberkati kita, Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Spiral Hermeneutika, Hermeneutika Terapan

MENCARI DAN MENJADI SEORANG SAHABAT Nats: 1 Samuel 18:1-4